Artikel
Artikel
VPN vs ZTNA: Kapan Waktu Tepat Beralih untuk Perusahaan
Techno | 14 July 2025

Sumber: freepik.com
Model kerja hybrid dan peningkatan penggunaan cloud mendorong banyak perusahaan untuk meninjau ulang strategi keamanannya. Dulu, Virtual Private Network (VPN) dianggap sebagai solusi standar untuk mengamankan koneksi jarak jauh. Namun, kebutuhan akan kontrol akses yang lebih granular dan perlindungan yang lebih kuat dari serangan modern membuat konsep Zero Trust Network Access (ZTNA) mulai mendapat perhatian.
ZTNA menawarkan pendekatan berbeda: tidak ada pengguna atau perangkat yang dipercaya begitu saja, bahkan jika sudah berada dalam jaringan. Model ini mengikuti prinsip "Never trust, always verify" dan mulai menjadi standar baru dalam arsitektur keamanan digital.
VPN: Solusi Lama yang Mulai Terbatas
VPN memungkinkan pengguna untuk mengakses jaringan internal perusahaan secara terenkripsi dari luar. Sayangnya, setelah berhasil masuk ke jaringan, pengguna seringkali memiliki akses luas ke berbagai sistem, terlepas dari apakah mereka benar-benar membutuhkannya.
Beberapa keterbatasan VPN yang umum ditemui:
1. Semua akses diberikan setelah autentikasi awal berhasil, tanpa kontrol granular.
2. Performa jaringan cenderung melambat saat pengguna massal mengakses secara bersamaan.
3. Kurangnya visibilitas terhadap siapa yang mengakses apa dan dari mana.
4. Rentan terhadap serangan jika kredensial bocor atau perangkat pengguna terinfeksi malware.
Kondisi tersebut menjadikan VPN semakin sulit memenuhi standar keamanan modern, khususnya ketika perusahaan menerapkan sistem kerja fleksibel dan penggunaan perangkat pribadi meningkat.
ZTNA: Menjawab Tantangan Akses Modern
ZTNA dirancang untuk memberikan akses hanya ke aplikasi atau data tertentu, berdasarkan identitas pengguna, perangkat yang digunakan, lokasi, serta level risiko yang terdeteksi. Akses tidak lagi berbasis jaringan, melainkan berbasis kebijakan dinamis yang terus diverifikasi.
Beberapa karakteristik utama ZTNA:
1. Mengelola akses secara mikro (microsegmentation).
2. Autentikasi dan verifikasi terus dilakukan, bukan hanya sekali di awal.
3. Mampu mendukung lingkungan hybrid dan multi-cloud secara optimal.
4. Dapat dikombinasikan dengan Single Sign-On (SSO), Multi-Factor Authentication (MFA), dan sistem manajemen identitas lainnya.
Tanda-Tanda Perusahaan Perlu Beralih ke ZTNA
Tidak semua organisasi harus langsung mengganti VPN dengan ZTNA. Namun, jika perusahaan mulai mengalami beberapa hal berikut, saatnya mempertimbangkan migrasi secara bertahap:
1. Karyawan mulai bekerja dari berbagai lokasi secara permanen.
2. Sistem kerja mengandalkan perangkat pribadi (BYOD) tanpa kontrol penuh dari tim IT.
3. Infrastruktur mulai berpindah ke layanan cloud atau SaaS.
4. Tim keamanan kesulitan mengontrol dan memonitor akses pengguna.
5. Terjadi peningkatan insiden keamanan karena kredensial atau endpoint yang lemah.
6. VPN sering overload, lambat, atau tidak lagi mendukung kebutuhan pengguna.
Baca Juga: When Should Companies Move from VPN to Zero Trust Network Access (ZTNA)?
Perbandingan VPN dan ZTNA
Aspek | VPN | ZTNA |
Akses | Seluruh jaringan | Aplikasi/layanan tertentu |
Keamanan | Berdasarkan lokasi & login awal | Berdasarkan identitas & konteks |
Skalabilitas | Terbatas | Sangat fleksibel |
Risiko jika kredensial bocor | Tinggi | Terbatas |
Cocok untuk | Struktur jaringan lama | Sistem cloud dan kerja hybrid |
VPN masih memiliki tempat untuk beberapa skenario, namun mulai kehilangan efektivitasnya saat skala akses membesar dan keragaman perangkat meningkat.
Keuntungan Menerapkan ZTNA
Transisi ke ZTNA bukan hanya tentang keamanan, tetapi juga tentang efisiensi dan fleksibilitas. Beberapa keuntungan utamanya antara lain:
1. Kontrol akses yang presisi — hanya pengguna terverifikasi yang dapat mengakses aplikasi tertentu.
2. Minim risiko lateral movement — jika terjadi pelanggaran, serangan tidak menyebar ke sistem lain.
3. Integrasi mudah dengan teknologi keamanan modern seperti MFA dan threat detection.
4. Pengalaman pengguna yang lebih baik — akses langsung ke aplikasi tanpa perlu terhubung ke jaringan internal.
5. Monitoring real-time — aktivitas pengguna dan perangkat bisa dipantau secara menyeluruh.
Tantangan dalam Migrasi
Seperti setiap transformasi teknologi, perpindahan ke ZTNA juga memiliki tantangan tersendiri. Beberapa di antaranya:
1. Penilaian ulang terhadap aplikasi dan data yang perlu diakses secara aman.
2. Integrasi dengan sistem lama yang tidak kompatibel.
3. Adaptasi dari sisi user dan tim internal terhadap cara kerja baru.
4. Pemilihan vendor atau platform ZTNA yang sesuai kebutuhan bisnis.
Langkah awal yang disarankan mencakup audit akses saat ini, pemetaan kebutuhan, uji coba terbatas, hingga implementasi penuh secara bertahap.
Solusi Keamanan Masa Depan Harus Adaptif
Keamanan jaringan tidak lagi cukup hanya mengandalkan perimeter. Saat data dan aplikasi tersebar di cloud, perangkat karyawan, dan berbagai titik akses, pendekatan Zero Trust menjadi kebutuhan mutlak. Perusahaan yang ingin tumbuh dengan ekosistem digital yang sehat harus mampu mengelola risiko secara proaktif, bukan hanya reaktif.
Solusi Teknologi yang Andal Bersama Berijalan
Berijalan siap mendukung transformasi digital perusahaan Anda melalui layanan teknologi yang tangguh, adaptif, dan aman. Mulai dari integrasi sistem keamanan modern, migrasi infrastruktur cloud, hingga implementasi akses berbasis identitas dan kebijakan Zero Trust, semua dirancang untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi operasional bisnis Anda.
Konsultasikan kebutuhan teknologi Anda bersama tim Berijalan dan wujudkan ekosistem IT yang lebih cerdas dan terlindungi.