Cara Membangun Dana Darurat dari Kerja Freelance yang Fleksibel

Financial | 01 July 2025

Sumber: freepik.com

 

Banyak orang menganggap kerja freelance hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bukan untuk menabung, apalagi membangun dana darurat. Penghasilan yang tidak tetap dan jam kerja yang fleksibel sering dianggap sebagai kendala. Padahal, jika dikelola dengan strategi yang tepat, kerja freelance justru bisa jadi sumber stabilitas finansial—termasuk untuk membentuk dana cadangan. 

 

Dana darurat merupakan kebutuhan utama, bukan pelengkap. Tanpa dana ini, kondisi mendesak seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan keluarga bisa menghancurkan rencana keuangan dalam sekejap. Bagi pekerja tetap maupun freelancer, dana darurat tetap wajib dimiliki. Perbedaannya hanya pada cara membangun dananya. 

 

Berikut strategi realistis untuk kamu yang bekerja secara freelance agar tetap bisa membangun dana darurat secara bertahap, bahkan jika saat ini penghasilan belum besar. 

1. Pencatatan Rutin Jadi Langkah Pertama 

Banyak freelancer merasa keuangannya berantakan karena tidak tahu persis berapa penghasilannya per bulan. Mengandalkan “kira-kira” tidak akan cukup untuk mulai menabung. Solusinya adalah mencatat semua pemasukan, sekecil apa pun. Catat per proyek, per minggu, atau per hari—apa pun yang paling cocok. 

 

Setelah itu, hitung rata-rata pemasukan bulanan. Dari situ, tentukan berapa persen yang bisa dialokasikan untuk dana darurat. Rekomendasinya: mulai dari 10–20% setiap kali kamu menerima penghasilan. 

2. Target Kecil, Konsistensi Besar Dampaknya 

Membangun dana darurat tidak harus menunggu bisa menyisihkan jutaan rupiah. Banyak orang gagal memulainya karena merasa jumlah yang bisa ditabung “terlalu kecil”. Padahal, menyisihkan Rp50.000 per minggu saja sudah lebih baik daripada tidak sama sekali. 

 

Mulailah dari target Rp1 juta pertama. Jika kamu bisa mengalokasikan penghasilan freelance mingguan secara konsisten, kamu akan terkejut betapa cepatnya target awal bisa tercapai. 

3. Pilih Freelance yang Terstruktur dan Bisa Diprediksi 

Salah satu tantangan terbesar dari kerja freelance adalah tidak adanya kepastian ritme pendapatan. Agar bisa menabung, kamu butuh arus kas yang bisa diprediksi. Karena itu, penting memilih sistem kerja freelance yang punya pola teratur. 

 

Contohnya, menjadi mitra freelance di Berijalan. Perusahaan ini menerapkan sistem agile workforce secara WFO, memungkinkan kamu memilih fungsi kerja seperti telemarketing, telesurvey, atau lainnya. Waktu kerja fleksibel, penghasilan dibayarkan mingguan, dan kamu bebas menentukan ritme kerja sendiri. Model ini sangat cocok jika kamu ingin membentuk dana darurat dari penghasilan tambahan yang jelas dan konsisten. 

4. Gunakan Rekening Terpisah 

Jangan gabungkan dana darurat dengan rekening pengeluaran harian. Campuran ini berpotensi membuat dana cadangan ikut terpakai tanpa sadar. Lebih baik buat rekening khusus tanpa kartu debit, atau gunakan aplikasi e-wallet yang tidak kamu pakai untuk transaksi harian. 

 

Pemisahan ini bukan hanya strategi finansial, tapi juga psikologis. Melihat saldo dana darurat tumbuh perlahan akan memicu semangat untuk terus menabung. 

5. Terapkan Prinsip Bayar Diri Sendiri Dulu 

Setiap menerima penghasilan, langsung sisihkan sebagian untuk tabungan, jangan menunggu sisa dari kebutuhan lain. Ini bisa dimulai dari 10% dan dinaikkan jika memungkinkan. 

 

Penghasilan mingguan dari pekerjaan sebagai mitra freelance di Berijalan misalnya, bisa dibagi: sebagian untuk kebutuhan, sebagian untuk ditabung. Karena dibayarkan rutin tiap minggu, kamu bisa membuat ritme tabungan yang stabil dan tidak memberatkan. 

 

 

Baca Juga: Literasi Finansial: Kenapa Harus Belajar Ngatur Uang dari Sekarang, Bukan Nanti? 

 

6. Hindari Cicilan Konsumtif 

Godaan membeli barang dengan sistem cicilan cukup tinggi di kalangan freelancer. Sayangnya, cicilan konsumtif seperti gadget atau fashion hanya akan menggerus kapasitas menabung. 

 

Sebelum memutuskan mengambil cicilan, tanyakan kembali: apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat? Prioritaskan kestabilan dana darurat terlebih dahulu, baru belanja sekunder. 

7. Simpan Dana Darurat di Tempat yang Aman 

Setelah terkumpul, dana darurat sebaiknya disimpan di instrumen yang likuid dan aman, seperti: 

1) Tabungan digital 

2) Emas digital 

3) Reksadana pasar uang 

 

Hindari instrumen seperti saham atau crypto karena nilainya bisa fluktuatif. Dana darurat harus bisa dicairkan kapan saja tanpa potensi kerugian nilai. 

8. Gandakan Sumber Penghasilan agar Target Lebih Cepat Tercapai 

Jika kamu hanya mengandalkan satu sumber pendapatan, membangun dana darurat bisa terasa lambat. Tambahan penghasilan dari pekerjaan freelance akan mempercepat pencapaian target. Misalnya, jika kamu butuh Rp6 juta sebagai cadangan, maka dengan dua penghasilan—utama dan freelance—kamu bisa mencapainya dalam waktu lebih singkat. 

 

Program freelance dari Berijalan menawarkan peluang ini. Sistem kerja fleksibel, fungsi kerja bisa dipilih sesuai minat, dan hasil kerjanya dihitung mingguan. Baik untuk ibu rumah tangga, mahasiswa, ataupun karyawan tetap yang ingin menambah pemasukan dengan ritme kerja yang bisa dikendalikan. 

9. Naikkan Target Secara Bertahap 

Setelah target awal tercapai, jangan berhenti. Dana darurat ideal untuk individu lajang adalah tiga kali pengeluaran bulanan. Untuk keluarga, bisa mencapai enam kali lipat. Misalnya, jika pengeluaranmu Rp3 juta/bulan, maka target minimalmu Rp9 juta untuk bertahan tiga bulan. 

 

Naikkan targetmu secara bertahap dan sesuaikan proporsinya dari penghasilan freelance. Evaluasi setiap tiga bulan dan perbaiki strategi jika perlu. 

10. Jadikan Dana Darurat Prioritas Sebelum Investasi 

Banyak orang ingin langsung investasi besar, padahal dana darurat belum ada. Padahal, ini ibarat fondasi. Tanpa fondasi kuat, strategi keuanganmu bisa runtuh hanya karena satu kejadian tak terduga. 

 

Setelah dana darurat aman, barulah kamu bisa mulai menyusun rencana investasi lain yang sesuai dengan profil risiko masing-masing. Tapi pastikan kamu punya cadangan dulu, agar tidak terpaksa menjual investasi saat harga turun. 

Siap bangun dana darurat dari kerja freelance? 

Kunci punya dana cadangan bukan seberapa besar gajimu, tapi bagaimana kamu mengelolanya. Kalau kamu ingin mulai menabung dari penghasilan tambahan yang fleksibel, jelas ritmenya, dan bisa kamu kendalikan sendiri, kamu bisa daftar jadi mitra freelance di Berijalan. Sistemnya agile, waktu kerja bisa kamu atur, dan penghasilan mingguan bisa langsung jadi pondasi keuangan yang lebih aman.

Cara Membangun Dana Darurat dari Kerja Freelance yang Fleksibel

Financial | 01 July 2025

Sumber: freepik.com

 

Banyak orang menganggap kerja freelance hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bukan untuk menabung, apalagi membangun dana darurat. Penghasilan yang tidak tetap dan jam kerja yang fleksibel sering dianggap sebagai kendala. Padahal, jika dikelola dengan strategi yang tepat, kerja freelance justru bisa jadi sumber stabilitas finansial—termasuk untuk membentuk dana cadangan. 

 

Dana darurat merupakan kebutuhan utama, bukan pelengkap. Tanpa dana ini, kondisi mendesak seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan keluarga bisa menghancurkan rencana keuangan dalam sekejap. Bagi pekerja tetap maupun freelancer, dana darurat tetap wajib dimiliki. Perbedaannya hanya pada cara membangun dananya. 

 

Berikut strategi realistis untuk kamu yang bekerja secara freelance agar tetap bisa membangun dana darurat secara bertahap, bahkan jika saat ini penghasilan belum besar. 

1. Pencatatan Rutin Jadi Langkah Pertama 

Banyak freelancer merasa keuangannya berantakan karena tidak tahu persis berapa penghasilannya per bulan. Mengandalkan “kira-kira” tidak akan cukup untuk mulai menabung. Solusinya adalah mencatat semua pemasukan, sekecil apa pun. Catat per proyek, per minggu, atau per hari—apa pun yang paling cocok. 

 

Setelah itu, hitung rata-rata pemasukan bulanan. Dari situ, tentukan berapa persen yang bisa dialokasikan untuk dana darurat. Rekomendasinya: mulai dari 10–20% setiap kali kamu menerima penghasilan. 

2. Target Kecil, Konsistensi Besar Dampaknya 

Membangun dana darurat tidak harus menunggu bisa menyisihkan jutaan rupiah. Banyak orang gagal memulainya karena merasa jumlah yang bisa ditabung “terlalu kecil”. Padahal, menyisihkan Rp50.000 per minggu saja sudah lebih baik daripada tidak sama sekali. 

 

Mulailah dari target Rp1 juta pertama. Jika kamu bisa mengalokasikan penghasilan freelance mingguan secara konsisten, kamu akan terkejut betapa cepatnya target awal bisa tercapai. 

3. Pilih Freelance yang Terstruktur dan Bisa Diprediksi 

Salah satu tantangan terbesar dari kerja freelance adalah tidak adanya kepastian ritme pendapatan. Agar bisa menabung, kamu butuh arus kas yang bisa diprediksi. Karena itu, penting memilih sistem kerja freelance yang punya pola teratur. 

 

Contohnya, menjadi mitra freelance di Berijalan. Perusahaan ini menerapkan sistem agile workforce secara WFO, memungkinkan kamu memilih fungsi kerja seperti telemarketing, telesurvey, atau lainnya. Waktu kerja fleksibel, penghasilan dibayarkan mingguan, dan kamu bebas menentukan ritme kerja sendiri. Model ini sangat cocok jika kamu ingin membentuk dana darurat dari penghasilan tambahan yang jelas dan konsisten. 

4. Gunakan Rekening Terpisah 

Jangan gabungkan dana darurat dengan rekening pengeluaran harian. Campuran ini berpotensi membuat dana cadangan ikut terpakai tanpa sadar. Lebih baik buat rekening khusus tanpa kartu debit, atau gunakan aplikasi e-wallet yang tidak kamu pakai untuk transaksi harian. 

 

Pemisahan ini bukan hanya strategi finansial, tapi juga psikologis. Melihat saldo dana darurat tumbuh perlahan akan memicu semangat untuk terus menabung. 

5. Terapkan Prinsip Bayar Diri Sendiri Dulu 

Setiap menerima penghasilan, langsung sisihkan sebagian untuk tabungan, jangan menunggu sisa dari kebutuhan lain. Ini bisa dimulai dari 10% dan dinaikkan jika memungkinkan. 

 

Penghasilan mingguan dari pekerjaan sebagai mitra freelance di Berijalan misalnya, bisa dibagi: sebagian untuk kebutuhan, sebagian untuk ditabung. Karena dibayarkan rutin tiap minggu, kamu bisa membuat ritme tabungan yang stabil dan tidak memberatkan. 

 

 

Baca Juga: Literasi Finansial: Kenapa Harus Belajar Ngatur Uang dari Sekarang, Bukan Nanti? 

 

6. Hindari Cicilan Konsumtif 

Godaan membeli barang dengan sistem cicilan cukup tinggi di kalangan freelancer. Sayangnya, cicilan konsumtif seperti gadget atau fashion hanya akan menggerus kapasitas menabung. 

 

Sebelum memutuskan mengambil cicilan, tanyakan kembali: apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat? Prioritaskan kestabilan dana darurat terlebih dahulu, baru belanja sekunder. 

7. Simpan Dana Darurat di Tempat yang Aman 

Setelah terkumpul, dana darurat sebaiknya disimpan di instrumen yang likuid dan aman, seperti: 

1) Tabungan digital 

2) Emas digital 

3) Reksadana pasar uang 

 

Hindari instrumen seperti saham atau crypto karena nilainya bisa fluktuatif. Dana darurat harus bisa dicairkan kapan saja tanpa potensi kerugian nilai. 

8. Gandakan Sumber Penghasilan agar Target Lebih Cepat Tercapai 

Jika kamu hanya mengandalkan satu sumber pendapatan, membangun dana darurat bisa terasa lambat. Tambahan penghasilan dari pekerjaan freelance akan mempercepat pencapaian target. Misalnya, jika kamu butuh Rp6 juta sebagai cadangan, maka dengan dua penghasilan—utama dan freelance—kamu bisa mencapainya dalam waktu lebih singkat. 

 

Program freelance dari Berijalan menawarkan peluang ini. Sistem kerja fleksibel, fungsi kerja bisa dipilih sesuai minat, dan hasil kerjanya dihitung mingguan. Baik untuk ibu rumah tangga, mahasiswa, ataupun karyawan tetap yang ingin menambah pemasukan dengan ritme kerja yang bisa dikendalikan. 

9. Naikkan Target Secara Bertahap 

Setelah target awal tercapai, jangan berhenti. Dana darurat ideal untuk individu lajang adalah tiga kali pengeluaran bulanan. Untuk keluarga, bisa mencapai enam kali lipat. Misalnya, jika pengeluaranmu Rp3 juta/bulan, maka target minimalmu Rp9 juta untuk bertahan tiga bulan. 

 

Naikkan targetmu secara bertahap dan sesuaikan proporsinya dari penghasilan freelance. Evaluasi setiap tiga bulan dan perbaiki strategi jika perlu. 

10. Jadikan Dana Darurat Prioritas Sebelum Investasi 

Banyak orang ingin langsung investasi besar, padahal dana darurat belum ada. Padahal, ini ibarat fondasi. Tanpa fondasi kuat, strategi keuanganmu bisa runtuh hanya karena satu kejadian tak terduga. 

 

Setelah dana darurat aman, barulah kamu bisa mulai menyusun rencana investasi lain yang sesuai dengan profil risiko masing-masing. Tapi pastikan kamu punya cadangan dulu, agar tidak terpaksa menjual investasi saat harga turun. 

Siap bangun dana darurat dari kerja freelance? 

Kunci punya dana cadangan bukan seberapa besar gajimu, tapi bagaimana kamu mengelolanya. Kalau kamu ingin mulai menabung dari penghasilan tambahan yang fleksibel, jelas ritmenya, dan bisa kamu kendalikan sendiri, kamu bisa daftar jadi mitra freelance di Berijalan. Sistemnya agile, waktu kerja bisa kamu atur, dan penghasilan mingguan bisa langsung jadi pondasi keuangan yang lebih aman.