7 Kesalahan Fatal Saat Mengajukan Kredit & Cara Menghindarinya

Operations | 09 April 2025

Sumber: freepik.com

 

Mengajukan kredit seharusnya menjadi solusi keuangan, bukan malah menambah beban. Sayangnya, tidak sedikit orang yang pengajuannya ditolak, bahkan berulang kali. Padahal, alasan penolakan tersebut seringkali bukan karena tidak mampu membayar, tetapi karena kesalahan-kesalahan kecil yang sebenarnya bisa dihindari. Artikel ini akan mengulas tujuh kesalahan paling umum yang dilakukan calon debitur saat mengajukan kredit, lengkap dengan cara menghindarinya agar pengajuan Anda lebih mudah disetujui. 

1. Tidak Mengecek Skor Kredit Terlebih Dahulu 

Banyak orang tidak menyadari bahwa nama mereka memiliki catatan buruk dalam sistem BI Checking (sekarang SLIK OJK). Skor kredit adalah salah satu faktor utama yang digunakan lembaga keuangan dalam menilai kelayakan debitur. Jika skor Anda buruk—misalnya karena pernah telat membayar cicilan atau kartu kredit—kemungkinan besar pengajuan kredit akan langsung ditolak. Solusinya, cek dulu skor kredit Anda secara berkala melalui layanan resmi OJK secara gratis. 

2. Mengajukan Kredit ke Banyak Tempat Sekaligus 

Mengajukan kredit ke beberapa bank atau lembaga keuangan sekaligus mungkin terdengar seperti strategi cerdas. Namun, sistem akan menangkap aktivitas Anda sebagai potensi risiko. Banyaknya pengajuan dalam waktu singkat bisa diartikan Anda sedang terdesak secara finansial. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan kreditur terhadap profil Anda. Sebaiknya, lakukan riset terlebih dahulu, bandingkan produk kredit yang sesuai, lalu ajukan ke satu lembaga yang paling cocok. 

3. Dokumen Tidak Lengkap atau Tidak Valid 

Kredit Anda bisa langsung ditolak hanya karena satu dokumen tidak sesuai. Contohnya, slip gaji bulan lalu yang belum diperbarui, fotokopi KTP yang buram, atau NPWP yang sudah tidak aktif. Beberapa debitur juga menggunakan alamat yang berbeda antara dokumen dan formulir pengajuan. Ini memicu keraguan dari pihak analis kredit. Untuk menghindarinya, pastikan semua dokumen Anda dalam kondisi terbaru, jelas, dan sesuai identitas yang tercantum. 

4. Terlalu Banyak Cicilan Aktif 

Beban cicilan yang melebihi kemampuan bayar akan langsung menjadi red flag bagi bank atau lembaga keuangan. Umumnya, jika total cicilan Anda sudah melebihi 30%–40% dari penghasilan bulanan, pengajuan kredit akan sulit disetujui. Maka dari itu, penting untuk menghitung rasio utang terhadap penghasilan Anda sebelum mengajukan pinjaman baru. Jika perlu, lunasi sebagian cicilan lama terlebih dahulu. 

5. Data Pribadi Tidak Konsisten 

Kesalahan kecil seperti perbedaan alamat tempat tinggal, jabatan pekerjaan, atau nominal penghasilan antara formulir pengajuan dan dokumen pendukung bisa menjadi penghambat. Dalam proses verifikasi, pihak bank akan mencocokkan semua informasi yang Anda berikan. Ketidaksesuaian data akan memicu keraguan, bahkan bisa dianggap sebagai upaya manipulasi. Pastikan Anda memberikan informasi yang konsisten, jujur, dan mudah diverifikasi.

 

 

Baca Juga: Mengapa Edukasi Keuangan Penting untuk Mengelola Kredit dengan Bijak? 

 

6. Tujuan Penggunaan Dana Tidak Jelas 

Banyak calon debitur menulis alasan pengajuan kredit dengan sangat umum, seperti "untuk keperluan pribadi" tanpa memberikan detail. Padahal, lembaga pemberi pinjaman ingin tahu sejauh mana dana yang diberikan akan digunakan secara bertanggung jawab. Tujuan yang tidak spesifik dinilai lebih berisiko. Jika Anda mengajukan pinjaman untuk modal usaha, renovasi rumah, atau pendidikan, sebutkan dengan jelas agar profil Anda dinilai lebih positif. 

7. Tidak Memahami Produk Kredit yang Diajukan 

Mengajukan kredit tanpa benar-benar memahami produknya—seperti jenis bunga, tenor, atau denda keterlambatan—adalah kesalahan besar. Akibatnya, tidak sedikit debitur yang menyesal di tengah jalan karena merasa terbebani oleh skema kredit yang ternyata tidak sesuai kemampuan. Sebelum mengajukan, pelajari secara menyeluruh setiap poin dalam perjanjian kredit. Jika perlu, konsultasikan dengan pihak terkait untuk mendapatkan penjelasan yang transparan. 

Ilustrasi Kesalahan Umum dalam Pengajuan Kredit 

Beberapa ilustrasi nyata dapat membantu menggambarkan betapa pentingnya menghindari kesalahan-kesalahan di atas. Seorang pekerja mengajukan KPR ke sebuah bank swasta dan merasa yakin karena penghasilannya stabil. Namun, pengajuan ditolak karena memiliki tunggakan cicilan motor dua tahun lalu yang belum dilunasi. Setelah tunggakan diselesaikan dan menunggu beberapa bulan, pengajuan berikutnya akhirnya disetujui. 

 

Ada pula pemohon yang mengajukan pinjaman ke empat fintech berbeda dalam kurun waktu dua hari. Meskipun profil keuangannya cukup bagus, semua pengajuan ditolak karena sistem menilai permintaan tersebut sebagai sinyal risiko tinggi. 

 

Seorang pegawai swasta pengajuan kreditnya ditolak karena slip gaji yang dilampirkan ternyata sudah kedaluwarsa dua bulan. Lalu seorang ibu rumah tangga mencantumkan alamat lama di formulir pengajuan, berbeda dengan alamat di KTP, sehingga verifikasi data memerlukan waktu lebih lama dan akhirnya gagal diproses. Seorang pengusaha kecil menuliskan tujuan pinjamannya hanya untuk "pengembangan usaha" tanpa rincian jelas, yang membuat pihak kreditur ragu untuk memberikan persetujuan. 

 

Ilustrasi ini menunjukkan bahwa setiap detail dalam proses pengajuan kredit sangat krusial. Ketidaktelitian, meskipun kecil, dapat membuat proses gagal total. Maka dari itu, penting bagi setiap pemohon untuk memahami alur, menyiapkan dokumen dengan benar, dan menyampaikan informasi secara akurat. 

Peran Data Entry dan Credit Analysis Recommendation dalam Proses Kredit 

Proses pengajuan kredit melibatkan banyak tahapan penting, mulai dari pengecekan data, verifikasi dokumen, hingga analisis kelayakan. Pada tahapan inilah layanan data entry dan credit analysis recommendation dari Berijalan menawarkan solusi nyata. 

 

Layanan data entry Berijalan membantu lembaga keuangan mengelola input data pemohon kredit secara rapi, cepat, dan minim human error. Fungsi ini sangat krusial untuk mencegah kesalahan pada dokumen yang tidak valid maupun data pribadi yang tidak konsisten. 

 

Credit analysis recommendation dari Berijalan memanfaatkan sistem otomatisasi berbasis teknologi untuk menganalisis kelayakan pemohon kredit secara objektif dan efisien. Proses ini mencakup: 

1. Deteksi rasio cicilan terhadap penghasilan 

2. Pemeriksaan kualitas histori kredit 

3. Penilaian terhadap tujuan penggunaan dana 

 

Lewat sistem yang cepat dan berbasis data, lembaga keuangan dapat mengambil keputusan kredit lebih akurat, terhindar dari risiko, dan tetap menjaga pengalaman pemohon kredit tetap nyaman. 

 

Apakah Anda mengelola ratusan pengajuan kredit setiap bulan? Kini saatnya beralih ke solusi yang lebih cerdas. Percayakan proses data entry & analisis rekomendasi kredit Anda kepada Berijalan. Lebih cepat, lebih akurat, lebih efisien.

7 Kesalahan Fatal Saat Mengajukan Kredit & Cara Menghindarinya

Operations | 09 April 2025

Sumber: freepik.com

 

Mengajukan kredit seharusnya menjadi solusi keuangan, bukan malah menambah beban. Sayangnya, tidak sedikit orang yang pengajuannya ditolak, bahkan berulang kali. Padahal, alasan penolakan tersebut seringkali bukan karena tidak mampu membayar, tetapi karena kesalahan-kesalahan kecil yang sebenarnya bisa dihindari. Artikel ini akan mengulas tujuh kesalahan paling umum yang dilakukan calon debitur saat mengajukan kredit, lengkap dengan cara menghindarinya agar pengajuan Anda lebih mudah disetujui. 

1. Tidak Mengecek Skor Kredit Terlebih Dahulu 

Banyak orang tidak menyadari bahwa nama mereka memiliki catatan buruk dalam sistem BI Checking (sekarang SLIK OJK). Skor kredit adalah salah satu faktor utama yang digunakan lembaga keuangan dalam menilai kelayakan debitur. Jika skor Anda buruk—misalnya karena pernah telat membayar cicilan atau kartu kredit—kemungkinan besar pengajuan kredit akan langsung ditolak. Solusinya, cek dulu skor kredit Anda secara berkala melalui layanan resmi OJK secara gratis. 

2. Mengajukan Kredit ke Banyak Tempat Sekaligus 

Mengajukan kredit ke beberapa bank atau lembaga keuangan sekaligus mungkin terdengar seperti strategi cerdas. Namun, sistem akan menangkap aktivitas Anda sebagai potensi risiko. Banyaknya pengajuan dalam waktu singkat bisa diartikan Anda sedang terdesak secara finansial. Hal ini dapat menurunkan kepercayaan kreditur terhadap profil Anda. Sebaiknya, lakukan riset terlebih dahulu, bandingkan produk kredit yang sesuai, lalu ajukan ke satu lembaga yang paling cocok. 

3. Dokumen Tidak Lengkap atau Tidak Valid 

Kredit Anda bisa langsung ditolak hanya karena satu dokumen tidak sesuai. Contohnya, slip gaji bulan lalu yang belum diperbarui, fotokopi KTP yang buram, atau NPWP yang sudah tidak aktif. Beberapa debitur juga menggunakan alamat yang berbeda antara dokumen dan formulir pengajuan. Ini memicu keraguan dari pihak analis kredit. Untuk menghindarinya, pastikan semua dokumen Anda dalam kondisi terbaru, jelas, dan sesuai identitas yang tercantum. 

4. Terlalu Banyak Cicilan Aktif 

Beban cicilan yang melebihi kemampuan bayar akan langsung menjadi red flag bagi bank atau lembaga keuangan. Umumnya, jika total cicilan Anda sudah melebihi 30%–40% dari penghasilan bulanan, pengajuan kredit akan sulit disetujui. Maka dari itu, penting untuk menghitung rasio utang terhadap penghasilan Anda sebelum mengajukan pinjaman baru. Jika perlu, lunasi sebagian cicilan lama terlebih dahulu. 

5. Data Pribadi Tidak Konsisten 

Kesalahan kecil seperti perbedaan alamat tempat tinggal, jabatan pekerjaan, atau nominal penghasilan antara formulir pengajuan dan dokumen pendukung bisa menjadi penghambat. Dalam proses verifikasi, pihak bank akan mencocokkan semua informasi yang Anda berikan. Ketidaksesuaian data akan memicu keraguan, bahkan bisa dianggap sebagai upaya manipulasi. Pastikan Anda memberikan informasi yang konsisten, jujur, dan mudah diverifikasi.

 

 

Baca Juga: Mengapa Edukasi Keuangan Penting untuk Mengelola Kredit dengan Bijak? 

 

6. Tujuan Penggunaan Dana Tidak Jelas 

Banyak calon debitur menulis alasan pengajuan kredit dengan sangat umum, seperti "untuk keperluan pribadi" tanpa memberikan detail. Padahal, lembaga pemberi pinjaman ingin tahu sejauh mana dana yang diberikan akan digunakan secara bertanggung jawab. Tujuan yang tidak spesifik dinilai lebih berisiko. Jika Anda mengajukan pinjaman untuk modal usaha, renovasi rumah, atau pendidikan, sebutkan dengan jelas agar profil Anda dinilai lebih positif. 

7. Tidak Memahami Produk Kredit yang Diajukan 

Mengajukan kredit tanpa benar-benar memahami produknya—seperti jenis bunga, tenor, atau denda keterlambatan—adalah kesalahan besar. Akibatnya, tidak sedikit debitur yang menyesal di tengah jalan karena merasa terbebani oleh skema kredit yang ternyata tidak sesuai kemampuan. Sebelum mengajukan, pelajari secara menyeluruh setiap poin dalam perjanjian kredit. Jika perlu, konsultasikan dengan pihak terkait untuk mendapatkan penjelasan yang transparan. 

Ilustrasi Kesalahan Umum dalam Pengajuan Kredit 

Beberapa ilustrasi nyata dapat membantu menggambarkan betapa pentingnya menghindari kesalahan-kesalahan di atas. Seorang pekerja mengajukan KPR ke sebuah bank swasta dan merasa yakin karena penghasilannya stabil. Namun, pengajuan ditolak karena memiliki tunggakan cicilan motor dua tahun lalu yang belum dilunasi. Setelah tunggakan diselesaikan dan menunggu beberapa bulan, pengajuan berikutnya akhirnya disetujui. 

 

Ada pula pemohon yang mengajukan pinjaman ke empat fintech berbeda dalam kurun waktu dua hari. Meskipun profil keuangannya cukup bagus, semua pengajuan ditolak karena sistem menilai permintaan tersebut sebagai sinyal risiko tinggi. 

 

Seorang pegawai swasta pengajuan kreditnya ditolak karena slip gaji yang dilampirkan ternyata sudah kedaluwarsa dua bulan. Lalu seorang ibu rumah tangga mencantumkan alamat lama di formulir pengajuan, berbeda dengan alamat di KTP, sehingga verifikasi data memerlukan waktu lebih lama dan akhirnya gagal diproses. Seorang pengusaha kecil menuliskan tujuan pinjamannya hanya untuk "pengembangan usaha" tanpa rincian jelas, yang membuat pihak kreditur ragu untuk memberikan persetujuan. 

 

Ilustrasi ini menunjukkan bahwa setiap detail dalam proses pengajuan kredit sangat krusial. Ketidaktelitian, meskipun kecil, dapat membuat proses gagal total. Maka dari itu, penting bagi setiap pemohon untuk memahami alur, menyiapkan dokumen dengan benar, dan menyampaikan informasi secara akurat. 

Peran Data Entry dan Credit Analysis Recommendation dalam Proses Kredit 

Proses pengajuan kredit melibatkan banyak tahapan penting, mulai dari pengecekan data, verifikasi dokumen, hingga analisis kelayakan. Pada tahapan inilah layanan data entry dan credit analysis recommendation dari Berijalan menawarkan solusi nyata. 

 

Layanan data entry Berijalan membantu lembaga keuangan mengelola input data pemohon kredit secara rapi, cepat, dan minim human error. Fungsi ini sangat krusial untuk mencegah kesalahan pada dokumen yang tidak valid maupun data pribadi yang tidak konsisten. 

 

Credit analysis recommendation dari Berijalan memanfaatkan sistem otomatisasi berbasis teknologi untuk menganalisis kelayakan pemohon kredit secara objektif dan efisien. Proses ini mencakup: 

1. Deteksi rasio cicilan terhadap penghasilan 

2. Pemeriksaan kualitas histori kredit 

3. Penilaian terhadap tujuan penggunaan dana 

 

Lewat sistem yang cepat dan berbasis data, lembaga keuangan dapat mengambil keputusan kredit lebih akurat, terhindar dari risiko, dan tetap menjaga pengalaman pemohon kredit tetap nyaman. 

 

Apakah Anda mengelola ratusan pengajuan kredit setiap bulan? Kini saatnya beralih ke solusi yang lebih cerdas. Percayakan proses data entry & analisis rekomendasi kredit Anda kepada Berijalan. Lebih cepat, lebih akurat, lebih efisien.