Perbedaan antara Cold Calling dan Warm Calling yang Wajib diketahui Telemarketer

Telephony | 08 January 2024

Perbedaan Cold Calling dengan Warm Calling dibagi menjadi tiga aspek, antara lain:

a. Bentuk Perhatian yang Diberikan pada Produk atau Perusahaan.

Ketika melakukan panggilan, pendekatan Cold Calling memiliki tingkat kemungkinan yang tinggi akan kurang pedulinya Customer terhadap produk yang ditawarkan, namun hal ini tidak berlaku untuk Warm Call. Melalui proses yang sebelumnya sudah dilakukan, tentu target audiens Warm Call setidaknya sudah menunjukkan ketertarikan pada produk yang ditawarkan ketika menggunakan pendekatan Warm Calling. Meskipun ada kemungkinan hasil akhir yang berujung pada tidak dibelinya produk yang sudah ditawarkan, namun setidaknya penerima telepon sudah memahami bahwa perusahaan menjual produk yang serupa.

b. Target Audiens yang Dituju

Cold Calling dan Warm Calling memiliki caranya tersendiri, oleh karena itu tentu masing-masing memiliki audiens yang lebih cocok atas pendekatannya. Cold Calling dengan pendekatannya yang lebih “asing” menciptakan konklusi bahwa lebih cocok ditujukan kepada audiens yang sebelumnya belum mengetahui tentang produknya. Disatu sisi, meskipun rendah tingkat perhatian yang diberikan dari customer kepada produknya, tetap ada kesempatan untuk orang-orang yang menerima telepon mengetahui bahwa perusahaan yang sedang dipromosikan menjual produk tertentu. Sedangkan Warm Calling lebih ditujukan kepada audiens yang memiliki prospek lebih tinggi terhadap impact ke perusahaan dan produk serta layanan yang sudah ditawarkan. Cold Calling cocok untuk lawan bicara yang bersifat konsumen langsung (B2C), sedangkan Warm Calling lebih cocok untuk lawan bicara yang bersifat perusahaan lain, pebisnis, dan hal lain yang serupa (B2B).

c. Proses Mencapai Target

Bentuk penyampaian komunikasi menjadi aspek penilaian dari penerima telepon apakah pembahasan perlu dilanjutkan atau tidak. Jumlah angka yang banyak untuk ditelepon mewajibkan telemarketer dengan pendekatan Cold Calling untuk bisa berbicara seefektif mungkin. Cold Calling juga diwajibkan untuk mengenali perilaku konsumennya secara cepat sehingga dapat memberikan pesan timbal balik sesuai dengan harapan dari penerima telepon itu sendiri. Terlebih dengan Cold Calling yang masing-masingnya adalah orang asing, menjadi hal yang berbeda dengan proses telepon dengan Warm Calling. Warm Calling dengan hasil analisa dan prosesnya yang cenderung panjang, memerlukan pemanfaatan waktu dan komunikasi yang cenderung lebih mudah ketika melakukan panggilan. Pada akhirnya, Warm Calling memiliki perbedaannya sendiri yaitu prosesnya yang panjang bahkan sebelum melakukan panggilan, sedangkan Cold Calling yaitu prosesnya yang harus serba cepat untuk dapat mencapai tujuannya.

Kesimpulan

Beberapa perbedaan antara Cold Calling dan Warm Calling diantaranya yaitu Cold Calling cenderung memiliki tingkat perhatian yang lebih rendah dari pelanggan terhadap produk, sedangkan Warm Calling melibatkan audiens yang telah menunjukkan ketertarikan sebelumnya. Kedua, Cold Calling sesuai untuk audiens yang belum tahu tentang produk, sementara Warm Calling lebih cocok untuk audiens yang memiliki potensi lebih tinggi terhadap dampak perusahaan dan produk. Ketiga, proses mencapai target dalam Cold Calling membutuhkan efisiensi dan pengenalan perilaku konsumen yang cepat, sementara Warm Calling melibatkan analisis yang lebih panjang sebelum panggilan dilakukan. Dengan perbedaan ini, Warm Calling menonjol dengan proses yang lebih panjang dan terfokus pada audiens yang lebih terpilih.

Perbedaan antara Cold Calling dan Warm Calling yang Wajib diketahui Telemarketer

Telephony | 08 January 2024

Perbedaan Cold Calling dengan Warm Calling dibagi menjadi tiga aspek, antara lain:

a. Bentuk Perhatian yang Diberikan pada Produk atau Perusahaan.

Ketika melakukan panggilan, pendekatan Cold Calling memiliki tingkat kemungkinan yang tinggi akan kurang pedulinya Customer terhadap produk yang ditawarkan, namun hal ini tidak berlaku untuk Warm Call. Melalui proses yang sebelumnya sudah dilakukan, tentu target audiens Warm Call setidaknya sudah menunjukkan ketertarikan pada produk yang ditawarkan ketika menggunakan pendekatan Warm Calling. Meskipun ada kemungkinan hasil akhir yang berujung pada tidak dibelinya produk yang sudah ditawarkan, namun setidaknya penerima telepon sudah memahami bahwa perusahaan menjual produk yang serupa.

b. Target Audiens yang Dituju

Cold Calling dan Warm Calling memiliki caranya tersendiri, oleh karena itu tentu masing-masing memiliki audiens yang lebih cocok atas pendekatannya. Cold Calling dengan pendekatannya yang lebih “asing” menciptakan konklusi bahwa lebih cocok ditujukan kepada audiens yang sebelumnya belum mengetahui tentang produknya. Disatu sisi, meskipun rendah tingkat perhatian yang diberikan dari customer kepada produknya, tetap ada kesempatan untuk orang-orang yang menerima telepon mengetahui bahwa perusahaan yang sedang dipromosikan menjual produk tertentu. Sedangkan Warm Calling lebih ditujukan kepada audiens yang memiliki prospek lebih tinggi terhadap impact ke perusahaan dan produk serta layanan yang sudah ditawarkan. Cold Calling cocok untuk lawan bicara yang bersifat konsumen langsung (B2C), sedangkan Warm Calling lebih cocok untuk lawan bicara yang bersifat perusahaan lain, pebisnis, dan hal lain yang serupa (B2B).

c. Proses Mencapai Target

Bentuk penyampaian komunikasi menjadi aspek penilaian dari penerima telepon apakah pembahasan perlu dilanjutkan atau tidak. Jumlah angka yang banyak untuk ditelepon mewajibkan telemarketer dengan pendekatan Cold Calling untuk bisa berbicara seefektif mungkin. Cold Calling juga diwajibkan untuk mengenali perilaku konsumennya secara cepat sehingga dapat memberikan pesan timbal balik sesuai dengan harapan dari penerima telepon itu sendiri. Terlebih dengan Cold Calling yang masing-masingnya adalah orang asing, menjadi hal yang berbeda dengan proses telepon dengan Warm Calling. Warm Calling dengan hasil analisa dan prosesnya yang cenderung panjang, memerlukan pemanfaatan waktu dan komunikasi yang cenderung lebih mudah ketika melakukan panggilan. Pada akhirnya, Warm Calling memiliki perbedaannya sendiri yaitu prosesnya yang panjang bahkan sebelum melakukan panggilan, sedangkan Cold Calling yaitu prosesnya yang harus serba cepat untuk dapat mencapai tujuannya.

Kesimpulan

Beberapa perbedaan antara Cold Calling dan Warm Calling diantaranya yaitu Cold Calling cenderung memiliki tingkat perhatian yang lebih rendah dari pelanggan terhadap produk, sedangkan Warm Calling melibatkan audiens yang telah menunjukkan ketertarikan sebelumnya. Kedua, Cold Calling sesuai untuk audiens yang belum tahu tentang produk, sementara Warm Calling lebih cocok untuk audiens yang memiliki potensi lebih tinggi terhadap dampak perusahaan dan produk. Ketiga, proses mencapai target dalam Cold Calling membutuhkan efisiensi dan pengenalan perilaku konsumen yang cepat, sementara Warm Calling melibatkan analisis yang lebih panjang sebelum panggilan dilakukan. Dengan perbedaan ini, Warm Calling menonjol dengan proses yang lebih panjang dan terfokus pada audiens yang lebih terpilih.